Anglingkusumo
PA IX
KULONPROGO - Fenomena raja kembar tak hanya terjadi di Keraton Kanoman Cirebon dan Kasunanan Surakarta. Kini, hal serupa terjadi di Kadipaten Pakualaman Jogjakarta.
Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Anglingkusumo, putra Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam VIII dengan garwa dalem Kanjeng Raden Ayu (KRAy) Ratnaningrum, dikukuhkan sebagai Paku Alam (PA) IX. Pengukuhan dilakukan Masyarakat Adikarto Kulonprogo dan Masyarakat Hukum Adat Sabang Merauke di Pendopo Glagah, Temon, Kulonprogo kemarin (15/4).
Kami atas nama kawula Adikarto Kulonprogo, kami mengukuhkan KPH Anglingkusumo menggantikan ayahandanya swargi KGPAA Paku Alam VIII, sebagai KGPAA Paku Alam IX, ujar Ketua Masyarakat Adikarto Kulonprogo Supriyadi yang langsung disambut tepuk tangan sekitar 500 masyarakat pesisir yang menghadiri upacara tersebut.
Tak banyak pernyataan yang diucapkan Supriyadi dalam bahasa Jawa halus itu. Dia hanya menyatakan dengan pengukuhan sebagai PA IX itu diharapkan eksistensi Kadipaten Pakualaman sebagai penerus dinasti Mataram Islam dapat ditegakkan.
Napas sebagai kadipaten yang menegakan syiar Islam harus tetap tetap terjaga, harap Supriyadi.
Pengukuhan KPH Anglingkusumo sebagai PA IX itu dilakukan di tengah peringatan Sedekah Bumi dan Peringatan 102 Tahun PA VIII (10 April 1910-10 April 2012) dan Menyongsong Dua Abad Kadipaten Pakulaman 18 Maret 1813.
Setelah Masyarakat Adikarto, pengukuhan serupa juga disampaikan Ketua Masyarakat Hukum Adat Sabang Merauke Angga Pratama. Ini merupakan inisiatif masyarakat untuk melaksanakan jumenengan dengan mengukuhkan KPH Anglingkusumo sebagai Paku Alam IX, kata Angga.
Usai pernyataan itu, pengukuhan itu kemudian dilanjutkan dengan penyematan bintang kerajaan ke dada Anglingkusumo. Penyematan dilakukan KH Ahmad Suadi bin Khasan Tholabi, pengasuh Ponpes Pesawat Wates.
Pengukuhan itu juga langsung dicatatkan di depan notaris Ahmad Dien Prawiharso. Beberapa kerabat Pakualaman termasuk putra-putri PA VIII seperti BRAy Retno Sundari, BRAy Retno Dewayani, KPH Songkokusumo, dan KPH Ndoyokusumo turut menyaksikan penandatanganan pengukuhan tersebut.
Dukungan pengukuhan KPH Anglingkusumo sebagai PA IX juga dilakukan oleh ratusan masyarakat Adikarto Kulonprogo. Mereka melakukan tanda tangan pada selembar kain putih sepanjang tiga meter.
Selain mengukuhkan KPH Anglingkusumo sebagai PA IX, Masyarakat Adikarto Kulonprogo dan Masyarakat Hukum Adat Sabang-Merauke juga mengusulkan kepada Pemerintah RI menetapkan PA VIII sebagai Pahlawan Nasional mengingat pengabdian dan jasa-jasanya kepada NKRI.
Bersama HB IX, PA VIII pernah mengeluarkan Amanat 5 September 1945 yang menandai bergabungkan Pakualaman ke NKRI. PA VIII juga mendapatkan Piagam Kedudukan 19 Agustus 1945 dari Presiden Soekarno.
PA VIII juga pernah menjadi wakil gubernur DIJ 1945-1988 dan gubernur DIJ 1988-1998. PA VIII sudah selayaknya menjadi Pahlawan Nasional, kata ketua panitia Adhi Wicaksono.
Pengukuhan KPH Anglingkusumo sebagai PA IX merupakan buntut konflik internal Pakualaman terkait suksesi yang berjalan lebih dari 12 tahun. Disintergrasi itu sampai sekarang belum ada upaya penyelesaikan secara tuntas.
Karena itu kami menerbitkan buku Janji yang Belum Terlaksana dari Sebuah Dinasti Yang Terkoyak. Suksesi yang dilakukan selama ini berjalan belum mendapatkan legitimasi dari separo ahli waris, ujar KPH Anglingkusumo saat memberikan sambutan usai pengukuhan.
Tentang penobatan dirinya, Angling mengaku kagetketika didaulat dan dikukuhkan masyarakat sebagai PA IX. Dia mengaku tak tahu dalam ritual budaya tersebut masyarakat mengukuhkan dirinya.
Ini sangat dadakan (tiba-tiba). Saya terkejut bercampur haru. Saya berharap siapa yang benar dan yang batil akan kelihatan, jelasnya.
Disinggung soal PA IX kembar antara dirinya dengan saudaranya, KPH Ambarkusumo yang lebih dulu dinobatkan sebagai PA IX, KPH Angling menyerahkannya kepada masyarakat. Alasannya, dia didaulat oleh masyarakat untuk menjadi PA IX. Selepas pengukuhan tersebut, dia berencana mengadakan koordinasi dengan internal Pakualaman dalam persiapan resepsi atau perayaan jumenengan tersebut. Rencananya resepsi jumenengan akan diadakan di Pura Pakualaman.
Diakhir acara, Masyarakat Adikarto Kulonprogo digelar ritual labuhan. Beberapa tumpeng dengan aneka lauk dan hasil bumi dilarung di Pantai Glagah. (asa/kus/amd)
Radar Jogja
Monday, 16 April 2012 10:32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar